Konsep khodam dalam Islam merupakan topik yang cukup kontroversial dan sering disalahpahami. Dalam kepercayaan populer, khodam sering diartikan sebagai makhluk gaib yang dapat "dimanfaatkan" atau "dipekerjakan" oleh manusia untuk berbagai tujuan. Namun, pandangan ini tidak memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Islam yang autentik. Dalam Islam, Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa dan hanya kepada-Nya kita meminta pertolongan. Al-Quran dengan jelas menyatakan dalam Surah Al-Fatihah ayat 5: "Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan." Ajaran ini menegaskan bahwa seorang Muslim seharusnya tidak bergantung atau meminta bantuan kepada makhluk gaib selain Allah.

Beberapa ulama berpendapat bahwa kepercayaan terhadap khodam dapat mengarah pada praktik syirik atau menyekutukan Allah. Mereka mengingatkan bahwa mencari pertolongan dari makhluk gaib selain Allah, atau meyakini bahwa makhluk tersebut memiliki kekuatan independen dari Allah, bertentangan dengan prinsip tauhid dalam Islam. Meski demikian, Islam mengakui keberadaan makhluk gaib seperti malaikat dan jin. Namun, hubungan manusia dengan makhluk-makhluk ini telah diatur dalam syariat.

Malaikat, misalnya, adalah hamba Allah yang selalu taat dan memiliki tugas-tugas tertentu, sementara jin, seperti halnya manusia, ada yang beriman dan ada yang kafir. Dalam tradisi tasawuf atau mistisisme Islam, terkadang muncul cerita tentang wali atau orang-orang saleh yang memiliki kemampuan berkomunikasi dengan makhluk gaib. Namun, hal ini dipandang sebagai karomah atau keistimewaan yang diberikan Allah, bukan sesuatu yang dapat diusahakan atau dicari oleh manusia biasa. Penting untuk dipahami bahwa fokus utama seorang Muslim seharusnya pada ibadah kepada Allah SWT dan berbuat baik kepada sesama manusia, bukan pada pencarian kekuatan atau bantuan dari makhluk gaib.

Islam mengajarkan bahwa kekuatan sejati datang dari iman yang kuat, amal saleh, dan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Kesimpulannya, konsep khodam sebagaimana dipahami dalam kepercayaan populer tidak memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Islam.

Seorang Muslim dianjurkan untuk senantiasa berpegang teguh pada Al-Quran dan Sunnah, serta menghindari praktik-praktik yang dapat menjerumuskan pada syirik atau kesesatan. Jika menghadapi kesulitan atau membutuhkan pertolongan, cara yang dianjurkan adalah berdoa kepada Allah SWT, berusaha dengan cara-cara yang dibenarkan syariat, dan bertawakal kepada-Nya.

Share:
0
Total Santri
0
Guru Pengajar
0
Cabang
0
Program Belajar
Like us!
Follow us!
Watch us!